Chlorella adalah satu alga mikro yang dikenal berkhasiat bagi kesehatan manusia. Sebelum kita membahas budidaya Chlorella mari kita bahas mengenai alga ini terlebih dahulu
Chlorella merupakan alga yang pertama kali diisolasi dan dibudidayakan secara murni. Ia merupakan alga mikro yang penyebarannnya luas, yakni meliputi perairan tawar dan laut. Komposisi gizi dari Chlorella meliputi protein 50%, karbohidrat 20%, lemak 20% serta sisanya berupa asam amino, vitamin dan mineral. Sedangkan vitamin yang terkandung didalamnya terdiri dari B12, B6, B1, biotin, folates, riboglavin, nicotin acid dan pantothenate.
Biologi Chlorella
Chlorella adalah jenis alga hijau renik bersel tunggal (uniceluler) yang di alam merupakan plankton tumbuhan (fitoplankton). Chlorella diklasifikasikan dalam filum Chlorophyta, kelas Chlorophyceae, ordo Chlorococcales, famili Chloellacea dan genus Chlorella.
Sel dari mikro alga ini berbentuk bulat atau bulat telur. Diameter selnya berkisar antara 2-8 mikron, berwarna hijau karena klorofil merupakan pigmen yang dominan, serta dinding selnya keras karena terdiri atas selulosa dan pektin. Sel ini mempunyai protoplasma yang berbentuk cawan. Chlorella dapat berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan sel, tetapi juga dapat pula dengan pemisahan dari sel induknya.
Alga ini dapat bergerak, tetapi sangat lambat sehingga pada pengamatan seakan akan tidak bergerak. Alga ini dapat hidup di air tawar dan air laut atau pada salinitas antara 0-35 ppt. Salinitas 10-20 ppt merupakan salinitas optimum untuk pertumbuhannya, Chlorella masih dapat bertahan hidup pada suhu 40 D, tetapi tidak tumbuh. Kisaran suhu optimal untuk pertumbuhannya antara 20-35 C.
Budidaya Chlorella
Chlorella telah dikultur secara massal dan dipasarkan dalam bentuk tepung, pil, kapsul dan juga cairan. Tepung dapat diolah menjadi sup, kue dan kosmetik. Di Indonesia, budidaya Chlorella masih ditunjukkan untuk pakan larva ikan, rotifer dan artmeia. Belum ada budidaya Chlorella yang ditunjukkan untuk makanan kesehatan padahal alga ini khususnya spesies C. pyrenoidosa dan C. vulgaris kelimpahannya sangat banyak di Indonesia dan cocok digunakan untuk skala industri.
Budidaya Chlorella dapat menggunakan wadah kecil atau besar sesuai kebutuhan. Selain itu dibuthkan pula pupuk sebagai pakan dan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Pada tahap pertama kultur klorella dilakukan di dalam ruangan laboratorium yang selalu terkontrol. Stok alga disebut sebagai stok murni. Stok murni ini dilakukan pada suhu terkontrol. Benih didapat dari hasil isolasi dari alam. Kemudian dikembangbiakan melalui kultur. Teknik kulturnya menggunakan media air laut yang bersih yang dipupuk dengan jenis pupuk seperti pada tabel di bawah ini
Didalam ruangan, dipasang alat pendingin Ac dan lampu neon sebagai pengganti sinar matahari guna proses fotosintesis. Suhu ruangan dipertahankan sekitar 17-20 C untuk mencegah kontaminasi. Skala budidaya Chlorella dalam ruangan pertama kali menggunakan botol botol volume 100 ml, kemudian dapat dikembangkan menjadi lebih besar lagi dengan menggunakan wadah wadah dari ukuran 1 hingga 30 liter.
Bila air menjadi kelihatan hijau, berarti Chlorella telah berkembang dan kepadatannya tinggi. Kepadatan populasi alga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti cahaya, temperatur, aerasi, dan medium nutrien. Cahaya dalam ruang alga dapat dikontrol dengan menggunakan 1 atau 2 buah lampu fluorensen dengan intensitas 6-10.000 lux. Jika intensitas penyinaran terlalu tinggi maka sel sel alga dapat rusak. Dari hasil percobaan, meskipun Chlorella dapat dikultur pada suhu 15-35 C namun suhu terbaik untuk perkembangan populasinya adalah antara 20-30 C. Sistem aerasi bertujuan untuk menjaga Chlorella agar menyebar rata. Selain itu, sistem aerasi juga dapat mencegah penempelan Chlorella pada dinding tabung kultur.
Tahap selanjutnya adalah membudidayakan Chlorella di luar ruangan secara massal. Tahap ini dilakukan setelah kultur murni mencapai kepadatan tinggi sekitar 100-120 x 106 sel/ml dan dijadikan sebagai benih untuk kultur di luar ruangan dengan skala lebih besar lagi. Budidaya di luar ruangan menggunakan media air laut dengan kapasitas yang lebih besar. Budidaya ini menggunakan pupuk teknis (pupuk yang sering digunakan untuk tanaman) dan menggunakan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Budidaya Chlorella ini membutuhkan bak bak 0,5-1 m3 atau dapat pula menggunakan bak berukuran 4-30 m3, tergantung skala usaha. Jenis pupuk dan dosis yang dignakan dalam setiap meter kubik media air kultur adalah 100 g (NH4)2SO4 (Pupuk ZA), 30 g pupuk TSP dan 10 g pupuk Urea. Benih Chlorella ditebarkan dengan kepadatan 1-2 juta sel/ml atau kurang lebih sepersepuluh dari volume bak dan dipasok aerasi sebagai sumber oksigen. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk menghindari kematian benih. Chlorella akan berkembang biak dengan baik bila air kultur menjadi hijau yang berarti tingkat kepadatannya tinggi.
Biasanya setelah 5-7 hari, Chlorella dapat dipanen. Lamanya budidaya juga tergantung oleh cuaca. Kadang kadang di dalam kultur ini juga di jumpai Chlorella yang tidak baik perkembangannya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kontaminasi organisme ciliata atau protozoa yang mengakibatkan terhambatnya perkembangan kultur. Untuk mencegah kontaminasi tersebut dapat digunakan klorin 10 g/m3 air kultur selema 15-30 hari. Dengan menggunakan klorin, diharapkan organisme kontaminan akan mati sehingga budidaya Chlorella akan sukses karena Chlorella tahan terhadap klorin.