Ikan gabus yang selama ini digunakan dalam pengobatan adalah gabus liar yang ditangkap di alam. Ini karena gabus liar mengandung albumin dan protein yang tinggi. Ikan gabus hasil budidaya dianggap tidak terlalu baik untuk pengobatan karena albumin dan proteinnya lebih rendah. Ketergantungan pada gabus liar di alam tidak menguntungkan karena selain bergantung pada musim, penangkapan gabus di alam yang intensif dikhawatirkan dapat membahayakan kelestarian ikan ini.
Oleh karena itu, budidaya ikan gabus merupakan langkah yang baik untuk produksi ikan ini. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya ikan gabus, yaitu :
Lokasi Budidaya
Gabus adalah ikan yang dpat di budidayakan di berbagai perairan air tawar, bahkan ikan ini dapat hidup di perairan yang minim oksigen. Gabus dapat tumbuh dengan baik di ketinggian 0 – 700 m dpl (diatas permukaan laut). Berikut ini ditampilkan kualitas air optimal untuk budidaya ikan gabus :
Parameter | Kisaran Optimal |
Oksigen | 3 – 6 ppm atau mg/l |
pH | 6,5 – 8,5 |
Suhu | 25 – 33 C |
Alkalinitas total | >50 mg/l CaCO3 |
Amonia | < 0,1 ppm |
Nitrit | < 0,05 ppm |
Kecerahan | 30 – 45 cm |
Warna air | Hijau, Hijau Kecoklatan |
Hardness Ca | > 20 mg/l CaCO3 |
Hardness total | > 49 mg/l CaCO3 |
Wadah Budidaya
Ikan Gabus dapat dipelihara di kolam air mengalir atau kolam air tenang (KAT), kolam tadah hujan (KTH), keramba, hampang atau pagar keliling (pre culture), keramba jaring apung (KJA) dan kolam terpal. Wadah budidaya tersebut sudah umum dikenal dan dikenal oleh para peternak ikan gabus, kecuali kolam terpal.
Pemeliharaan Gabus di Kolam
Benih gabus berbobot rata rata 10 g/ekor ditebar dengan kepadatan 5-10 ekor/m2. Padat penebaran ini diturunkan sesuai dengan ukuran ikan yang disebar. Bila benih yang ditebar berukuran lebih besar (misalnya 20 – 50 g/ekor) maka padat penebaran cukup 3- 5 ekor/m2. Penebaran benih dilakukan pada waktu cuaca teduh, misalnya pada pagi atau sore hari.
Selama pemeliharaan,, ikan diberi pakan berupa daging bekicot, ikan ikan kecil, anak kodok, cacing dan ikan ikan rucah lainnya sebanyak 5-7% dari bobot badan/hari. Dapat pula diberikan pakan berupa pelet yang mengandung protein 30 – 40 %. Jika pelet digunakan sebagai pakan utama, hendaknya ini dilakukan sejak ikan masih kecil sehingga ikan ikan tersebut terlatih untuk memakan pakan tersebut. Pakan diberkan 2-4 kali sehari. Caranya, pakan diberkan dalam jumlah sedikit yang bertujuan mengumpulkan populasi ikan sebanyak mungkin di suatu tempat, kemudian dilanjutkan dengan cara menebarnya di permukaan air tempat ikan berkumpul.
Pemeliharaan Gabus di Kolam Tadah Hujan
Penentuan bobot awal benih gabus yang ditebar erat hubungannya dengna kondisi mutu air yang memerlukan daya juang untuk bertahan hidup di dalam kolam. Semakin dewasa ikan, semakin besar kemampuannya untuk menanggulangi masalah kualitas air, kepadatan aau persaingan. Secara umum gabus dengan bobot 30-50 g/ekor sudah dapat dipelihara di KTH. Kepadatan erat hubungannya dengan suplai air. Selain itu, padat penebaran juga ditentukan oleh jangka waktu pemeliharaan. Semakin lama waktu pemeliharaan maka semakin rendah padat penebarannya. Sebagai contoh untuk masa pemeliharaan 5-6 bulan dengan bobot awal 30-50 g/ekor maka padat penebarannya antara 5-10 ekor/m2.
Pakan merupakan faktor penentu laju pertumbuhan ikan gabus yang dibudidayakan. Pada KTH, pakan juga merupakan sumber pencemaran air karena dapat mempercepat proses penurunan kualitas air. Oleh karena itu, pemilihan jenis pakan sanga penting dilakukan dalam budidaya ikan gabus di KTH. Jika menggunakan pelet sebaikya pilih pelet yang terapung yang bersifat tahan lama dalam air. Pakan yang tenggelam atau cepat tenggelam sebaiknya ditempatkan diatas tapir yang digantung dalam air sehingga mudah dikontrol dan dibersihkan jika terjadi penumpukkan sisa pakan. Pakan yang berminyak jangan sampai masuk ke dalam kolam karena minyak akan menutupi permukaan air kolam. Jika demikian, proses difusi oksigen dan gas lainnya akan terhalang sehingga mengganggu kehidupan ikan di dalamnya.
Faktor penghambat utama dalam pemeliharaan ikan gabus di KTH adalah oksigen terlarut, kandungan amonia dan suhu air. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyegaran air kolam untuk meningkatkan daya dukung sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Dalam upaya penyegaran tersebut, kadar oksigen harus meningkat, sedangkan amonia berkurang. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah filterisasi dan aerasi.
Filterisasi atau penyaringan dilakukan dengan cara menyedot air lapisan dasar, lalu dialirkan ke dalam bak penyaring dan selanjutnya dialirkan kembali ke kolam. Apabila letak bak penyaring lebih tinggi, penyedotan dan penyaringan air dalam kolam ke bak penyaring dilakukan dengan pompa, sedangkan pengembalian ke dalam kolam dilakukan secara gravitasi. Semakin banyak volume air yang disaring semakin baik,
Pada aerasi dapat dilakukan pada waktu air mengalir kembali ke kolam dengan cara menjatuhkan air pada batu atau para para sebelum sampai ke kolam. Proses aerasi akan lebih efektif jika dilakukan dalam kolam dengan menggunakan blower atau kincir. Aerasi sebaiknya dilakukan pada malam hari atau saat menjelang matahari terbit karena pada waktu itu persediaan oksigen dalam air sedang minimal. Alat yang dapat dipakai dalam proses aerasi, antar lain pompa, kincir, injektor dan pengabut atau vibrator. Semua alat harus memiliki sifa bertekanan besar, tidak menghasilkan hasil samping berupa minyak, banyak menghasilkan gelembung udara dan dapat berdifusi merata sampai kedalaman.
Itulah cara budidaya ikan gabus di kolam, semoga artikel ini dapat bermanfaat. Semangat dalam berbudidaya ya sobat dan semoga sukses.